Siapa yang udah enggak sabar baca kelanjutan cerita “Hans Clodhopper”? Langsung baca sekarang! 😆

‘No good,’ said the princess, ‘away with him!’“Tidak bagus”, komentar sang putri, “bawa dia keluar!”
Now came the brother who could repeat the lexicon, but he had entirely forgotten it while standing in the ranks. The floor creaked and the ceiling was made of looking-glass, so that he saw himself standing on his head; and at every window sat three clerks and an alderman, who wrote down all that was said, so that it might be sent to the papers at once, and sold for a halfpenny at the street corners. It was terrible, and the stoves had been heated to such a degree that they got red-hot at the top.Sekarang tibalah saudara Hans Clodhopper yang dapat mengulang kosakata, tetapi ia melupakan semuanya saat berdiri di barisan. Lantainya berderit dan langit-langitnya terbuat dari cermin, sehingga ia melihat dirinya sedang berdiri terbalik; dan di setiap jendela duduk tiga orang juru tulis dan seorang anggota dewan, yang menulis semua pembicaraan, sehingga bisa langsung dikirim ke surat kabar, lalu dijual seharga setengah sen di sudut-sudut jalan. Situasinya mengerikan, dan terdapat tungku yang sudah dipanaskan pada suhu tertentu hingga permukannya berpijar.
‘It is terribly hot in here,’ said the suitor.“Panas sekali di sini,” keluh si pelamar.
‘That is because my father is roasting cockerels today,’ said the princess.“Itu karena ayahku memanggang ayam hari ini,” jawab sang putri.
Bah! There he stood like a fool; he had not expected a conversation of this kind, and he could not think of a word to say, just when he wanted to be specially witty.Huh! Di situ ia berdiri seperti orang bodoh; ia tidak mengharapkan percakapan semacam ini, tetapi tak bisa memikirkan sepatah kata pun untuk diucapkan, terutama ketika ingin bergurau.
‘No good,’ said the king’s daughter, ‘away with him,’ and he had to go.“Tidak bagus,” komentar sang putri, “bawa dia keluar,” maka ia pun harus pergi.
Then came the second brother. ‘There’s a fearful heat here,’ said he.Kemudian tibalah saudara yang kedua. “Ada panas yang menyengat di sini,” keluhnya.
‘Yes, we are roasting cockerels today,’ said the king’s daughter.“Ya, kami memanggang ayam jantan hari ini,” timpal sang putri.
‘What did – what?’ said he, and all the reporters duly wrote ‘What did – what.’“Apa–apa tadi?” tanyanya, dan sebagaimana mestinya, semua juru tulis pun menulis “Apa–apa tadi.”
‘No good,’ said the king’s daughter, ‘away with him.’“Tidak bagus,” ujar sang putri, “usir dia.”
Then came Hans Clodhopper. He rode the billy-goat right into the room.Selanjutnya datanglah Hans Clodhopper. Ia menunggang kambingnya masuk ke ruangan itu.
‘What a burning heat you have here,’ said he.“Panas sekali di sini,” ucapnya.
‘That is because I am roasting cockerels,’ said the king’s daughter.“Itu karena aku sedang memanggang ayam,” balas sang putri.
‘That is very convenient,’ said Hans Clodhopper; ‘then I suppose I can get a crow roasted, too.’“Kebetulan sekali,” sahut Hans Clodhopper; “kalau begitu sepertinya aku bisa memanggang gagak juga.”
‘Yes, very well,’ said the king’s daughter: ‘but have you anything to roast it in? For I have neither pot nor pan.’“Ya, tentu saja,” ujar sang putri, “tapi apa kau punya tempat untuk memanggangnya? Karena aku tidak punya panci ataupun wajan.”
‘But I have,’ said Hans Clodhopper. ‘Here is a cooking pot.’ And he brought out the wooden shoe and put the crow into it.“Tapi aku punya,” balas Hans Clodhopper. “Ini dia pancinya.” Lalu dia mengeluarkan sepatu kayunya dan memasukkan gagak ke dalamnya.
‘Why you have enough for a whole meal,’ said the king’s daughter; ‘but where shall we get any dripping to baste it with?’“Wah kau punya cukup bahan untuk hidangan lengkap,” ucap sang putri; “tapi dari mana kita akan mendapatkan lemak untuk mengolesnya?”
‘Oh, I have some in my pocket,’ said Hans Clodhopper; ‘I have enough and to spare,’ and he poured a little of the sand out of his pocket.“Oh, aku punya di sakuku,” jawab Hans Clodhopper; “Aku punya cukup banyak, juga untuk persediaan,” kemudian dia menuangkan sedikit pasir dari sakunya.
‘Now I like that,’ said the princess; ‘you have an answer for everything, and you have something to say for yourself. I will have you for a husband. But do you know that every word we have said will be in the paper tomorrow, for at every window sit three clerks and an alderman, and the alderman is the worst, for he doesn’t understand.’ She said this to frighten him. All the clerks sniggered and made blots of ink on the floor.“Kali ini aku suka,” seru sang putri; “Kau punya jawaban untuk semua pertanyaan dan pandai berbicara. Aku akan menjadikanmu sebagai suamiku. Tapi apakah kau tahu bahwa setiap kata yang kita ucapkan akan dimuat di surat kabar besok, karena di setiap jendela ada tiga orang juru tulis dan seorang anggota dewan, dan anggota dewan adalah yang paling buruk, karena dia tidak paham pembicaraan kita.” Ia mengatakan ini untuk menakuti Hans Clodhopper. Semua juru tulis pun bercekikikan hingga menumpahkan noda tinta di lantai.
‘Oh, those are the gentry,’ said Hans Clodhopper; ‘then I must give the alderman the best thing I have,’ and he turned out his pockets and threw the sand in his face.“Oh, jadi mereka bangsawan,” ujar Hans Clodhopper; “kalau begitu aku harus memberikan hal terbaik yang aku punya pada anggota dewan,” lalu ia pun membalikkan sakunya dan menghamburkan pasir ke wajah anggota dewan itu.
‘That was cleverly done,’ said the princess, ‘I couldn’t have done it, but I will try to learn.’“Kau melakukannya dengan cerdik,” seru sang putri, “aku tidak bisa melakukannya, tapi aku akan coba mempelajarinya.”
So Hans Clodhopper became king, gained a wife and a crown and sat upon the throne. We have this straight out of the alderman’s newspaper, but it is not to be depended upon.Dengan begitu Hans Clodhopper pun menjadi raja, mendapat seorang istri, sebuah mahkota, dan duduk di singgasana. Kami memperoleh kisah ini langsung dari surat kabar anggota dewan, tetapi tidak terjamin kebenarannya.

Sumber: Andersen, H. C. (1993). The Real Princess. In H. C. Andersen, Andersen’s Fairy Tale (pp. 35-36). Ware: Wordsworth Editions Limited.

Leave a comment